Maklum, pada sat itu belum 97 Pengobatan alternatif ada ahli penyakit jantung di Sanglah.
Yano ada ahli penyakit dalam.
Saya diberi oba beta blockersaat tekanan darah saya seda tinggi (180/120), akibatnya terjadi penyum- batan.
Saya demam tinggi, berkeringat, da ingatan saya melayang-layang'.
Selama t hari saya terus-menerus ditunggui dokter.
Tiga orang dokter menunggu selama 24 jam penuh, bergiliran delapan jam sekali.Dari bemeriksaan diketahui jantung saya menderita pendarahan di bagian belakano jenis ng iga Saya sadar karena terganggu oleh cegukan.
Teorinya mengatakan, cegukan ini terjadi karena jantung yang bengkak mendorong saraf vagus yang mengontrol sekat dada.
Sejam, dua jam, cegukan ini terjadi terus-menerus.
Setelah 12 jam tak sembuh, saya terpaksa disuntik sulfas atropin.
Namun tetap saja cegukannya tak sembuh, badan saya panas sekali.
Sementara itu, jantung terus dimonitor dan kini bertambah dengan tidak bisa kencing...
Wah, menderita sekali saya.
Mungkin inilah saat akhir hidup saya.
lwan bersama isti Tiba-tiba saya teringat abang saya.
Dia bisa memijat maka saya minta istri untuk men- datangkan abang saya ke Bali.
Esoknya abantg saya berangkat dengan pesawat paling pagi langsung masuk ke ICCU, tempat saya dirawat.
Dia cuma 'memegang' beberapa titik meridian daerah pundak dan dada, saat itu juga cegukannya hilang.
Lalu kateter dipasang ingga saya bisa mengeluarkan kencing.
Han tu juga suhu tubuh saya turun, badan saya terasa lumayan.
Dokter-dokter di sana sangat 98 khelasi gembira melihat saya sudah sadar.
Hanya saya tidak bercerita kepada mereka bahwa saya baru dipjat.
Latihan Jantung Koroner Saya dirawat selama 15 hari di Rumah Sakit Sanglah.
Saat pulang ke Jakarta terpaksa dokter membuat surat keterangan bahwa saya baru saja menjalani perawatan heart isemic (kekurangan darah) bukan heart infark karena kalau mengatakan yang sebenarnya bisa-bisa saya tidak boleh naik pesawat terbang.
Saya dilimpahkan' kepada Prof.
Kisyanto di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Yang jelas, kini saya mengkonsumsi obat jantung rumah di Jakarta.
Tubuh masih lemas dan saya secara teratur Bersama beberapa teman sejawat Prof.
Kisyanto, kami mendirikan Klub Jantung Koroner (KJK), Nopember 1979.
Tetapi saya dilarang ikut latihan hingga April tahun berikutnya.
Sebagai anggota baru KJK saya dikelompokkan dalam golongan kaos merah, artinya yang masih terus diawasi.
Yano ada ahli penyakit dalam.
Saya diberi oba beta blockersaat tekanan darah saya seda tinggi (180/120), akibatnya terjadi penyum- batan.
Saya demam tinggi, berkeringat, da ingatan saya melayang-layang'.
Selama t hari saya terus-menerus ditunggui dokter.
Tiga orang dokter menunggu selama 24 jam penuh, bergiliran delapan jam sekali.Dari bemeriksaan diketahui jantung saya menderita pendarahan di bagian belakano jenis ng iga Saya sadar karena terganggu oleh cegukan.
Teorinya mengatakan, cegukan ini terjadi karena jantung yang bengkak mendorong saraf vagus yang mengontrol sekat dada.
Sejam, dua jam, cegukan ini terjadi terus-menerus.
Setelah 12 jam tak sembuh, saya terpaksa disuntik sulfas atropin.
Namun tetap saja cegukannya tak sembuh, badan saya panas sekali.
Sementara itu, jantung terus dimonitor dan kini bertambah dengan tidak bisa kencing...
Wah, menderita sekali saya.
Kisyanto di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Kondisi saya makin lemah, saya terus dikompres es, dan tenaga habis karena cegukan terus-menerus selama lebih dari 36 jam.Mungkin inilah saat akhir hidup saya.
lwan bersama isti Tiba-tiba saya teringat abang saya.
Dia bisa memijat maka saya minta istri untuk men- datangkan abang saya ke Bali.
Esoknya abantg saya berangkat dengan pesawat paling pagi langsung masuk ke ICCU, tempat saya dirawat.
Dia cuma 'memegang' beberapa titik meridian daerah pundak dan dada, saat itu juga cegukannya hilang.
Lalu kateter dipasang ingga saya bisa mengeluarkan kencing.
Han tu juga suhu tubuh saya turun, badan saya terasa lumayan.
Dokter-dokter di sana sangat 98 khelasi gembira melihat saya sudah sadar.
Hanya saya tidak bercerita kepada mereka bahwa saya baru dipjat.
Latihan Jantung Koroner Saya dirawat selama 15 hari di Rumah Sakit Sanglah.
Saat pulang ke Jakarta terpaksa dokter membuat surat keterangan bahwa saya baru saja menjalani perawatan heart isemic (kekurangan darah) bukan heart infark karena kalau mengatakan yang sebenarnya bisa-bisa saya tidak boleh naik pesawat terbang.
Kisyanto di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Menurut peraturan, mereka yang baru kena infark harus menunggu tiga bulan untuk diperbolehkan naik pesawat terbang Puji Tuhan, saya bisa menginjakkan kaki lagi masuk ke dalam merasa cepat lelah Mulai saat ini saya harus rajin periksa kesehatan jantung.Saya dilimpahkan' kepada Prof.
Kisyanto di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Yang jelas, kini saya mengkonsumsi obat jantung rumah di Jakarta.
Tubuh masih lemas dan saya secara teratur Bersama beberapa teman sejawat Prof.
Kisyanto, kami mendirikan Klub Jantung Koroner (KJK), Nopember 1979.
Tetapi saya dilarang ikut latihan hingga April tahun berikutnya.
Sebagai anggota baru KJK saya dikelompokkan dalam golongan kaos merah, artinya yang masih terus diawasi.
Comments
Post a Comment