Serangan di Usia 52 Tahun Saya lagi-lagi bekerja di Bali.
Kali ini saya bersama seorang guru besar virologi (lmu yang mempelajari virus, red.) asal Belanda, Prof AA.
Ressang, memimpin Proyek Penelitian Penyakit Jembrana (Bali Cattle Disease Investigating Unit), yang dibiayai oleh International Fund for Agriculture Development-World Bank.
Awalnya saya tidak mau menerima proyek ini.
Setelah terkena serangan, saya tidak mau jauh-jauh dari keluarga.
Namun setelah berpikir panjang dan berdoa, seperti ada sesuatu yang membisikkan ke hati saya, kalau ingin umur panjang, berangkat saja ke Bali.
Awal tahun 1984, dada saya terasa agak sesak lagi.
Saya diamkan saja.
Februari datang, tetap saja nyesek.
Tampaknya Pengobatan alternatif kondisi saya semakin parah karena Prof.
Robert V.S.
Bain, konsultan dari University of Sydney yang sedang bekerja bersama-sama di Bali tidak tahan melihat saya, dan langsung mengusulkan saya pulang ke Jakarta untuk dirawat di RSCM.
dan beberapa orang lagi, kami mendirikan Perhimpunan lasi Indonesia
Saya dites dengan EKG, namun hasilnya cukup mengherankan Prof.Kisyanto.
Katanya, jantung saya biasa-biasa saja.
Wah...
harus dites ulang, di-treadmill, Seharusnya saya kuat berlatih sampai lima menit, ternyata dalam tiga menit saja saya sudah KO.
Dari m tor Echocardiogram terlihat injection-fraction saya (kekuatan jantung memompa darah) sangat jelek.
Lalu saya menjalan kateterisasi Lewat sobekan vena daerah selangkang dimasukkan semacam pipa kawat halus mengikuti aliran darah sampai di jantung.
Lewat saluran ini ke dalam jantung disemprotkan zat pewarna, lalu difoto.
Dari hasil foto terlihat secara detil pembuluh-pembuluh jantung yang ngadat.
Hasinya: empat buah pembuluh darah dalam jantung saya mampet.
Saya harus dioperasi.
Atas anjuran Prof.
Kisyanto, pilihan kami jatuh pada ahli bedah jantung Dr.
Victor Chang (almarhum) di St.
Vincent Hospital, Sydney, Australia.
Berikutnya saya berkorespondensi ke sana Jawaban yang saya peroleh, Dokter Chang tidak bisa menerima pasien sampai dengan akhir Mei (saat itu bulan Februari) karena program rutin tahunannya berkeliling ke beberapa negara.
Dia menyatakan kesediaannya untuk mengoperasi saya nanti akhir Juni.
Wah...padahal badan rasanya sudah tak karuan.
Dalam keadaan menunggu-nunggu ini, saya jadi teringat lagi pada ucapan tukang ramal, awas umur 52 tahun.
Tahun ini tepat saya 52 tahun.
Saya jadi agak gelisah mempersiapkan operasi kali ini Atas kebaikan Departemen Pertanian (saya mengerjakan pr Ditjen Peternakan), biaya operasi saya sepenuhnya ditanggung Pemerintah.
Saat itu menghabiskan sekitar 15,5 juta rupiah.
Pu Tuhan, operasi berjalan lancar.
Dr.
Chang membuat sayatan sepanjang lebih dari 50 cm, dan mengambil sekitar 40 cm vena di kaki kiri saya.
Vena ini dipotong menjadi empat buah dan dipasang sebagai jalan pintas pembulun darah yang mampet di dalam jantung Setelah operasi, mestinya saya istirahat tiga bulan.
Tapi baru 100 khelasi va kepentingan apa-apa.
Akhirnya, khelasi tidak dilarang namun bahan EDTA-nya harus import dari American Board Don Therapy karena masih sensitif.
dan beberapa orang lagi, kami mendirikan Perhimpunan lasi Indonesia
Bersama-sama dokter lain, Prof.Sutan Asin, Prof.
Kisyanto, Prof.
Utoyo Sukaton, Liang Hie, Prof.
Yo Saputra, Dr.
Syukri Karim, Dr.
Frans a.
dan beberapa orang lagi, kami mendirikan Perhimpunan lasi Indonesia.
Pusat Jantung Harapan Kita sampai dengan 1998 lalu masih melakukan pelayanan ini.
Namun karena alasan administratif belaka, belakangan pelayanan itu dihentikan.
Comments
Post a Comment